Star News INDONESIA, Senin, (26 Agustus 2024). JAKARTA - Segitiga Bermuda, sebuah area di Samudra Atlantik yang terletak di antara Miami, Bermuda, dan Puerto Rico, telah lama menjadi subjek berbagai teori dan spekulasi.
Sejak akhir abad ke-19, banyak orang melaporkan kehilangan kapal dan pesawat di wilayah ini, yang menimbulkan banyak legenda dan teori konspirasi.
Fenomena ini dikenal luas setelah penulis Charles Berlitz menerbitkan buku "The Bermuda Triangle" pada tahun 1974, yang memperkenalkan banyak orang pada kisah-kisah aneh terkait daerah tersebut.
Beberapa kejadian yang paling terkenal meliputi hilangnya pesawat tempur Amerika Serikat, Flight 19, pada tahun 1945, serta hilangnya kapal tanker "El Faro" pada tahun 2015.
Namun, banyak ilmuwan dan peneliti berpendapat bahwa banyak dari laporan ini bisa dijelaskan dengan pengetahuan ilmiah yang ada.
Misalnya, beberapa kehilangan kapal dan pesawat bisa disebabkan oleh cuaca buruk yang tiba-tiba, kesalahan manusia, atau kerusakan teknis.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Segitiga Bermuda tidak memiliki tingkat kehilangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lain dari lautan.
Selain itu, beberapa teori ilmiah mencoba menjelaskan fenomena ini dengan faktor-faktor seperti methan hydrate, gas yang dapat menyebabkan ledakan dan tenggelamnya kapal, atau arus laut yang kuat.
Namun, banyak dari teori ini masih dalam tahap pengujian dan belum sepenuhnya diterima oleh komunitas ilmiah.
Pada akhirnya, Segitiga Bermuda tetap menjadi salah satu misteri terbesar yang menarik perhatian banyak orang.
Meskipun banyak kejadian dapat dijelaskan dengan cara yang lebih rasional, daya tarik misteri dan cerita-cerita yang ada membuat daerah ini terus menjadi topik yang menarik untuk dijelajahi.