ActionAid Palestine mengatakan peningkatan serangan terhadap Rafah akan berdampak buruk dan memperingatkan akan terjadinya kelaparan ekstrim di Gaza |
Star News INDONESIA, Jumat, (09 Februari 2024). JAKARTA - Sebuah badan amal internasional mengatakan bahwa makanan menjadi sangat langka di Gaza sehingga orang-orang terpaksa makan rumput, demikian dilansir dari The Guardian, Pada Jumat, (09/02/2024).
“Setiap orang di Gaza kini kelaparan, dan masyarakat hanya mendapat 1,5 hingga 2 liter air tidak aman per hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” kata ActionAid dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Jumat yang memperingatkan bahwa peningkatan serangan di Rafah akan menimbulkan “konsekuensi bencana”.
Riham Jafari , koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine mengatakan badan amal tersebut “sangat prihatin” dengan laporan potensi invasi darat di Rafah dan peningkatan serangan udara di daerah tersebut. “Mari kita perjelas: peningkatan permusuhan di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang berlindung, akan menjadi bencana besar,” katanya.
Jafari bertanya “apakah tempat terakhir yang seharusnya aman di Jalur Gaza diserang… ke mana lagi penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan harus pergi?”.
Dia menambahkan, “Saat ini masyarakat sangat putus asa sehingga mereka memakan rumput sebagai upaya terakhir untuk mencegah kelaparan. Sementara itu, infeksi dan penyakit semakin merajalela di tengah kondisi yang terlalu padat. Satu-satunya hal yang dapat menghentikan situasi ini semakin tidak terkendali adalah gencatan senjata yang segera dan permanen – ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan lebih banyak nyawa yang hilang dan memungkinkan bantuan yang cukup untuk menyelamatkan nyawa memasuki wilayah tersebut.”
Badan amal tersebut mengatakan setiap serangan “tidak diragukan lagi akan menimbulkan banyak korban dan membuat distribusi bantuan menjadi lebih sulit”, mengingat wilayah tersebut sekarang menampung lebih dari 1,4 juta orang, atau lebih dari lima kali lipat populasi biasanya.
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Meli Purba