Star News INDONESIA, Rabu (07 Desember 2022). BEKASI - Sekelompok penagih utang (debt collector) dari sebuah finace melakukan tindakan kekerasan dan intimidasi terhadap sejumlah wartawan yang sedang bertugas peliputan.
Insiden itu terjadi saat meliput sebuah kejadian percobaan pengambilan paksa satu unit kendaraan roda empat di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Mereka mendorong dan merampas kamera saya, hp saya sampai jatuh, mereka juga mengancam sambil membawa sajam (senjata tajam) dan teriak-teriak gua bunuh elu, gua bunuh," kata Heru Irawan seorang jurnalis yang menjadi salah satu korban, Selasa (06/12/22).
Diceritakannya, tindakan intimidasi itu berujung ancaman pembunuhan meskipun insiden itu terjadi di area perempatan lampu lalu lintas arah Mapolres Bekasi.
Kata Ia, sejumlah awak media mendapatkan perlakuan kasar dari kelompok penagih utang yang diperkirakan berjumlah belasan orang dengan mengendarai total empat unit kendaraan roda empat.
Heru bersama enam rekan media lain kemudian melaporkan kejadian itu ke Mapolres Metro Bekasi yang berjarak tidak jauh dari lokasi kejadian. Laporan itu teregister dengan nomor LP/B/3170/XII/2022/SPKT/POLRES METRO BEKASI/POLDA METRO JAYA atas nama Heru Irawan dan Eka Jaya Saputra.
Ditambahkan, Eka Jaya Saputra yang juga menjadi korban kedua mengatakan, kelompok penagih utang itu dilaporkan atas dugaan tindak pidana intimidasi dan penghalangan liputan sebuah peristiwa yang bermula saat dirinya bersama rekan jurnalis lain sedang meliput sebuah kejadian.
"Awalnya gerombolan debt collector memberhentikan mobil sehingga memancing kerumunan warga sekitar. Saya dan teman-teman kebetulan sedang di perjalanan mau ke Polres Bekasi, berhenti di lokasi itu dengan maksud melakukan peliputan namun dihalang-halangi," katanya.
Eka mengaku kelompok penagih utang itu berusaha merampas peralatan liputan bahkan sempat memukul lehernya menggunakan telepon genggam dan mengancam saksi menggunakan senjata tajam.
"Pelaku berjumlah kurang lebih 20 orang, lalu beberapa saat kemudian datang petugas kepolisian yang membubarkan keributan sedangkan pelaku langsung membubarkan diri," katanya.
"Kami sempat beberapa kali mengambil gambar serta video yang sudah kami serahkan kepada pihak berwajib sebagai barang bukti atas kejadian tersebut. Kami meminta polisi segera menindak tegas aksi jalanan debt collector ini karena sangat meresahkan sampai kami diancam akan dibunuh, mengerikan," imbuh dia.
Sementara Kapolres Metro Bekasi Komisaris Besar Polisi Gidion Arif Setyawan mengatakan, sebenarnya sudah ada aturan main terkait kasus perdata utang piutang kendaraan bermotor.
"Prinsipnya perdataan, jadi memaksa orang lain untuk menyerahkan barang dan benda di tangan pihak ketiga itu tidak boleh. Ini baru saja saya tahu ada laporannya, nanti kita tindak. Jika itu ada video barang bukti (ancaman senjata tajam), laporkan saja," kata dia
Terpisah, Ketua DPW MOI Jawa Barat, R. Satria Santika (Bro Tommy) mengutuk keras tindakan intimidasi dan ancaman kekerasan terhadap wartawan yang melakukan peliputan debt colletor saat mengambil paksa kendaraan di Jalan Raya Kota Bekasi. Menurut Tommy, intimidasi yang dilakukan debt collektor dikategorikan sebagai perbuatan menghambat tugas jurnalistik sebagaimana diatur dalam UU Pers Nomor 40 Tahun 1999.
"Siapapun yang menghambat dan menghalangi kerja wartawan dapat dipidana sebagaimana pasal 18 ayat (1) UU Pers Nomor 40 tahun 1999, yang menyebutkan, bahwa setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta", Jelas Tommy
Atas insiden itu, Tommy berharap para pelaku (debt collektor) segera ditindak tegas oleh Kepolisian, selain membahayakan kerja wartawan, juga merugikan masyarakat.
"Saya apresiasi pernyataan Kapolres Metro Bekasi yang akan menindak para pelaku, mudah-mudahan prosesnya sesuai harapan, karena tindakan debt collektor ini merugikan masyarakat, terlebih berani menghalangi-halangi wartawan saat meliput. Saya tegaskan, wartawan bebas melakukan peliputan, sekalipun di medan perang", tandas Tommy yang juga sebagai Pimpinan Umum Perwirasatu.co.id ini.
Penulis : Berto Da Costa
Editor : Fajar Ali