Star News INDONESIA, Jumat (29 Juli 2022). JAKARTA - Deputi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amina J. Mohammed menekankan perlunya melancarkan arus perdagangan komoditas, menghilangkan pembatasan ekspor terkait komoditas pertanian, dan mengintegrasikan kembali pangan Ukraina, serta pupuk dan pangan Rusia pada pasar global.
Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan kelima Steering Committee of Global Crisis Response Group (SC GCRG) on Food, Energy and Finance, pada Rabu 27 Juli 2022. Amina menyampaikan, dalam waktu dekat pengembalian ekspor bahan pangan dari Ukraina dan Rusia bakal terjadi dalam waktu dekat.
"Telah diperoleh kemajuan mengatasi krisis pangan, dengan prioritas mengembalikan ekspor bahan pangan dari Ukraina dan Rusia dalam waktu dekat. Penandatanganan Inistiatif Laut Hitam dapat dijadikan alternatif mekanisme mengintegrasikan kembali biji-bijian dan bahan makanan lainnya dengan transportasi aman melalui Laut Hitam ke pasar global," kata Amina dikutip dari siaran pers, Jumat (29/7).
Dia menyampaikan, Brief No. 3 GCRG akan dirilis dalam waktu dekat. Laporan tersebut akan menyampaikan analisa dampak dari krisis energi. Dengan adanya tiga laporan dampak krisis yang komprehensif tersebut, Amina berharap GCRG dapat mengambil langkah-langkah konkret lebih lanjut dalam mengatasi krisis multidimensi global saat ini.
Forum tersebut membahas alternatif mekanisme integrasi pangan dan pupuk, serta solusi mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam mewujudkan ketahanan pangan, energi, dan keuangan global akibat konflik Rusia-Ukraina. Diketahui, Presiden Joko Widodo sebagai salah satu Champions dari GCRG, telah menjalankan tanggung jawab dan kepercayaan dari PBB tersebut dengan mengunjungi Ukraina (29/6) dan Rusia (30/6) untuk bertemu dengan kedua pemimpin negara sebagai misi perdamaian.
"Pada 22 Juli 2022, Ukraina dan Rusia telah menandatangani kesepakatan bersama yang akan memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan ekspor gandum melalui Laut Hitam. Sejak penandatanganan perjanjian, telah terjadi dua kali serangan di Pelabuhan Odessa, Ukraina. Sebagai bentuk implementasi inisiatif lebih lanjut, telah dibentuk Joint Coordination Center (JCC) di Istanbul, Turki, pada hari ini (27/07). JCC dikelola oleh pejabat senior PBB, Turki, Rusia, dan Ukraina," jelasnya.
Sementara itu, perwakilan UNCTAD Vera Songwe memaparkan tentang Nota Kesepahaman antara PBB dan Rusia dalam mendorong komoditas pangan dan pupuk Rusia kembali ke pasar global. "Nota kesepahaman ditandatangani pada 21 Juli 2022, dan merupakan side deal dari Black Sea Grain Initiatives. Inti dari Nota Kesepahaman antara PBB dan Rusia adalah mengambil langkah mencabut sanksi-sanksi yang terkait komoditas pangan dan pupuk asal Rusia," ujarnya.
"PBB akan membentuk sebuah platform untuk memonitor sanksi-sanksi yang perlu dicabut, serta berharap Uni Eropa dapat mempertimbangkan kembali sejumlah sanksi yang telah dijatuhkan kepada Rusia," tambah Vera.
Sejauh ini, PBB telah melihat kemungkinan pencabutan sejumlah sanksi pada perusahaan Rusia yang bergerak di bidang pupuk dan pangan. PBB mengapresiasi hal tersebut dan yakin bahwa inisiatif Istanbul akan meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dunia, yang pada akhirnya dapat menciptakan stabilitas harga pangan global. Pemerintah Rusia juga telah menginformasikan Nota Kesepahaman tersebut dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia ke negara-negara Afrika saat ini.
"Pada jangka pendek, perlu pengaturan dari sisi permintaan energi yang berkaitan dengan penerapan efisiensi energi di negara-negara maju. Kami menyambut baik langkah European Commission terkait penetapan regulasi konsumsi gas dalam menghadapi musim dingin di Eropa. Sementara pada jangka menengah, perlu peningkatan kapasitas produksi gas dunia. Komunitas global perlu duduk bersama dalam implementasi energi bersih serta mekanisme pembiayaan," tegas Damilo.
Menggarisbawahi adanya peluang dari krisis energi global saat ini, Dewan Anggota Climate Policy Initiative Rachel Kyte mengimbau negara-negara di dunia agar lebih efisien dalam penggunaan energi yang sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan climate agreements.
Sebagai langkah selanjutnya, Deputi Sekjen PBB akan membahas lebih lanjut dampak krisis global pada bidang-bidang lain, misalnya tentang isu perempuan. Usai pertemuan, Deputi Sekjen PBB mengingatkan rencana penyelenggaraan pertemuan ketiga Sherpa Meeting GCRG minggu depan.
Pertemuan SC GCRG tersebut juga dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, yang juga merupakan Co-Sherpa G20 Indonesia.
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Fajar Ali